Isa bin Uqbah r.a mengisahkan ketika Iyadh bin Ghanam r.a diangkat menjadi gubernur, serombongan keluarganya yang berasal dari tempat jauh datang mengunjunginya dengan maksud meminta harta. Meskipun mereka berniat seperti itu, Iyadh r.a tetap menyambut mereka dengan baik dari hormat.
Setelah beberapa hari menginap di kediaman sang gubernur, mereka pun pamit pulang. Masing-masing dari mereka yang berjumlah lima orang diberi bekal sepuluh dinar. Kontan mereka menolaknya mentah-mentah. Mereka pikir uang sejumlah itu tidak akan cukup sebagai bekal perjalanan jauh. Apalagi sebagai seorang gubernur, tentunya bisa memberi uang lebih dari itu.
Iyadh r.a pun menjelaskan dengan sabar, "Wahai kerabatku. Aku menghargai perjalanan jauh yang kalian tempuh dan aku mengakui bahwa kalian adalah kerabatku. Namun, ketahuilah bahwa harta yang aku berikan kepada kalian tidak lain adalah hasil dari menjual budakku dan barang-barang milikku! Maafkan aku jika tidak bisa memenuhi keinginan kalian!"
"Sungguh keterlaluan! Kau adalah penguasa separuh Syam, tetapi kau tidak mau memberi harta yang cukup untuk perjalanan kami!" ungkap kerabat Iyadh r.a dengan kesal.
Iyadh r.a menanggapi, "Apakah kalian ingin aku mencuri harta Allah untuk kalian? Demi Allah, lebih baik aku dibelah dengan gergaji ketimbang mengambil harta Allah meskipun hanya sepeser!"
Mereka pun mengajukan usul, "Kalau begitu, angkatlah kami menjadi pejabatmu sebagaimana orang lain melakukannya. Kami berjanji tidak akan menyalahgunakan jabatan kami!"
"Aku mengenal kebaikan kalian, tetapi Khalifah Umar bin Khaththab pernah mencelaku ketika aku mengangkat beberapa orang dari kaumku untuk menjadi bawahanku," tandas Iyadh r.a.
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
Maret
(66)
- Pengorbanan Seorang Nabiyullah
- Ketaatan Anak Saleh
- Sebuah Penantian yang Panjang
- Penjaga Malam
- Kehormatan Menunaikan Amanah
- Mewakafkan Kebun karena Lalai
- Mendahulukan Allah SWT
- Majikan Zubair r.a.
- Menjaga Kepercayaan Orang Lain
- Allah SWT sebagai Saksi
- Ketampanan Seorang Pemuda
- Membela Hak Orang Lain
- Membela Hak Makhluk Allah
- Hak Berbicara untuk Menuntut Hak Miliknya
- Jangan Memaksakan Kehendakmu, Amirul Mukminin!
- Suami Zainab r.a, Abul Ash bin Rabi' r.a
- Keteguhan Menjaga Rahasia
- Wanita yang Menolak Pinangan Rasulullah
- Bersabarlah Putriku
- Mencintai karena Allah
- Keturunan Bersahaja
- Penuhilah Hak Dirimu, Dia, dan Mereka
- Aku Hanya Ingin Berhias, Ayah
- Kesaksian Penduduk Mekah
- Kaum Muslimin yang Tertindas
- Larangan Ikut Perang karena Perjanjian
- Bagian untuk Muallaf
- Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah
- Amanah Bendaharawan Pribadi Rasulullah saw
- Mengembalikan Pajak Nonmuslim
- Melebihkan Pembayaran
- Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
- Khalifah yang Tetap Merakyat
- Kehati-hatian Menggunakan Uang Gaji
- Uang Tunjangan Umar bin Khaththab r.a
- Jangan Kamu yang Menimbang
- Khalifah Membantu Proses Persalinan
- Aku adalah Pelayanmu
- Milikku, Urusanku
- Lebih Baik Meminjam Darimu
- Teladan Pemimpin
- Mengambil Uang Baitul Mal Secara Paksa adalah Pera...
- Emas dan Perak adalah Api Neraka bagi Kami
- Memangkas Uang Gaji
- Segala Puji Hanya untuk Allah SWT
- Uang Panas Milik Negara
- Milik Negara untuk Kepentingan Negara
- Sa'ad bin Amir r.a, Pejabat Amanah
- Lembu Emas Anak yang Taat
- Abdurrahman bin Auf r.a, Sahabat Terpercaya
- Besar Zakat yang Kurang
- Abdullah bin Mas'ud, Seorang Anak Gembala yang Jujur
- Sehidup Semati
- Amanah untuk Ali r.a
- Tepat dalam Menunaikan Janji
- Mencuri Harta Rampasan
- Larangan Mengkhianati Amanah
- Mengungkap Pengkhianat
- Meminta Jabatan
- Nabi Yusuf a.s dan Jabatan
- Menolak Jabatan Hakim
- Panglima Perang Termuda
- Reputasi Seseorang Dilihat dari Teman Bergaulnya
- Ilmu adalah Amanah
- Tidak Ada Bagian untuk Kerabat
- Keteladanan Umair bin Sa'ad r.a.
-
▼
Maret
(66)
loading...