Pada masa jahiliah hiduplah seorang penyair bernama Umru'ul Qais keturunan kerajaan Kindah yang memiliki julukan Penyair Emas. Syair-syairnya sangat tajam mengkritik pemerintahan baru Kerajaan Kindah yang zalim. Ia pun berencana pergi ke Romawi untuk meminta bantuan dan perlindungan dari kezaliman Raja Kindah.
Sebelum berangkat, ia menitipkan tameng, persenjataan, dan barang-barang berharga lain yang nilainya sangat besar kepada Samuel sesama penyair. Qais berpesan agar jika terjadi sesuatu padanya, barang-barang tersebut hanya boleh diserahkan kepada ahli warisnya.
Konon dalam perjalanannya, Qais dibunuh oleh utusan Raja Kindah dengan cara diracun hingga nyawanya pun berakhir. Kemudian Raja Kindah menyuruh pengawalnya untuk mengambil barang-barang milik Qais dari tangan Samuel.
Akan tetapi, Samuel tidak mengizinkannya karena sudah mendapat amanah dari Qais. Segala upaya digencarkan para pengawal Raja Kindah agar barang-barang milik Qais diserahkan, mulai dari membujuk, menjanjikan imbalan, sampai mengancam. Namun, upaya tersebut tidak membuat Samuel melanggar janji dan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Perilaku Samuel membuat Raja Kindah sangat geram. la pun menggunakan cara paling keras dengan mengirim tentara-tentaranya untuk menyerang Samuel dan putranya. Akan tetapi, Samuel tidak gentar. Untuk menghindari serangan tentara-tentara tersebut, Samuel berlindung di dalam benteng yang kukuh. Sementara itu, putranya melindungi ayahnya di depan benteng.
Raja zalim itu tidak kehabisan akal. Ditangkaplah putra Samuel yang melawan puluhan tentara seorang diri untuk dijadikan tawanan. Kemudian Raja memanggil Samuel untuk melihat putranya terakhir kali.
Samuel segera menuju ke atas benteng dan menyaksikan anaknya diseret dalam keadaan terikat. Raja mengancam Samuel jika masih bersikukuh tidak mau memberi barang-barang yang ia minta, anaknya akan dibunuh di hadapannya.
Ayah mana yang rela melihat anaknya menderita, apalagi jika harus mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, Samuel dengan lantang berkata, "Aku tidak akan pernah mengkhianati janji dan melanggar sumpah. Apa pun yang akan kaulakukan, tidak akan mengubah pendirianku!"
Setelah berkata demikian, putranya dibunuh di depan matanya sendiri. Bayangkan apa yang ia rasakan kini. Tiada lagi putra kesayangan yang menemani hidupnya. Semua ia lakukan demi mempertahankan amanah hingga ia harus mengorbankan putranya sendiri.
Misi penyerangan akhirnya gagal dan kali ini raja zalim itu benar-benar kehabisan akal. Mereka pun pulang meninggalkan benteng tanpa membawa hasil yang mereka inginkan.
Suatu hari anak-anak Umru'ul Qais selaku ahli waris mendatangi Samuel. la pun menyerahkan semua barang titipan Qais kepada mereka. Tidak ada dendam atau tuntutan dari Samuel atas pengorbanan yang telah ia lakukan demi menjaga warisan ayahnya. Semua ia lakukan dengan tulus. la pun menggubah syair tentang dirinya:
Kupenuhi janji
Meski getir kuhadapi
Kezaliman raja nan dengki
Meskipun orang mengkhianati
Aku tetap menepati
Sebab, kehormatan lebih aku hormati
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
Maret
(66)
- Pengorbanan Seorang Nabiyullah
- Ketaatan Anak Saleh
- Sebuah Penantian yang Panjang
- Penjaga Malam
- Kehormatan Menunaikan Amanah
- Mewakafkan Kebun karena Lalai
- Mendahulukan Allah SWT
- Majikan Zubair r.a.
- Menjaga Kepercayaan Orang Lain
- Allah SWT sebagai Saksi
- Ketampanan Seorang Pemuda
- Membela Hak Orang Lain
- Membela Hak Makhluk Allah
- Hak Berbicara untuk Menuntut Hak Miliknya
- Jangan Memaksakan Kehendakmu, Amirul Mukminin!
- Suami Zainab r.a, Abul Ash bin Rabi' r.a
- Keteguhan Menjaga Rahasia
- Wanita yang Menolak Pinangan Rasulullah
- Bersabarlah Putriku
- Mencintai karena Allah
- Keturunan Bersahaja
- Penuhilah Hak Dirimu, Dia, dan Mereka
- Aku Hanya Ingin Berhias, Ayah
- Kesaksian Penduduk Mekah
- Kaum Muslimin yang Tertindas
- Larangan Ikut Perang karena Perjanjian
- Bagian untuk Muallaf
- Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah
- Amanah Bendaharawan Pribadi Rasulullah saw
- Mengembalikan Pajak Nonmuslim
- Melebihkan Pembayaran
- Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
- Khalifah yang Tetap Merakyat
- Kehati-hatian Menggunakan Uang Gaji
- Uang Tunjangan Umar bin Khaththab r.a
- Jangan Kamu yang Menimbang
- Khalifah Membantu Proses Persalinan
- Aku adalah Pelayanmu
- Milikku, Urusanku
- Lebih Baik Meminjam Darimu
- Teladan Pemimpin
- Mengambil Uang Baitul Mal Secara Paksa adalah Pera...
- Emas dan Perak adalah Api Neraka bagi Kami
- Memangkas Uang Gaji
- Segala Puji Hanya untuk Allah SWT
- Uang Panas Milik Negara
- Milik Negara untuk Kepentingan Negara
- Sa'ad bin Amir r.a, Pejabat Amanah
- Lembu Emas Anak yang Taat
- Abdurrahman bin Auf r.a, Sahabat Terpercaya
- Besar Zakat yang Kurang
- Abdullah bin Mas'ud, Seorang Anak Gembala yang Jujur
- Sehidup Semati
- Amanah untuk Ali r.a
- Tepat dalam Menunaikan Janji
- Mencuri Harta Rampasan
- Larangan Mengkhianati Amanah
- Mengungkap Pengkhianat
- Meminta Jabatan
- Nabi Yusuf a.s dan Jabatan
- Menolak Jabatan Hakim
- Panglima Perang Termuda
- Reputasi Seseorang Dilihat dari Teman Bergaulnya
- Ilmu adalah Amanah
- Tidak Ada Bagian untuk Kerabat
- Keteladanan Umair bin Sa'ad r.a.
-
▼
Maret
(66)
loading...