Siang hari yang terik menggersangkan padang pasir di seluruh penjuru kota. Tidak seorang pun yang kuat menahan panasnya. Unta-unta pun berteduh di bawah bayangan masjid.
Lewatlah sesosok lelaki yang berjalan terburu-buru sambil menutup mukanya menembus panas terik dan angin berdebu. Mungkinkah ia lelaki asing yang sedang mencari tempat berlindung?
Tidak lama kemudian lelaki itu kembali lagi menantang terik matahari yang menyengat. Namun, kali ini ia menyeret seekor sapi yang enggan melakukan perjalanan sulit tersebut. Utsman bin Affan r.a yang mengamati keseluruhan peristiwa sejak awal dari jendela rumahnya tergerak untuk menolong orang tersebut.
Sungguh tak habis pikir, di saat orang lain beristirahat di dalam rumah yang teduh dan hewan-hewan piaraan memilih untuk bermalas-malasan, tetapi orang ini rela berpanas-panasan. Ada apa gerangan? Siapakah orang itu? Semua pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Utsman r.a.
Ketika Utsman r.a. menyapa orang tersebut, betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa lelaki yang sedang kesusahan di hadapannya adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab r.a. Utsman r.a pun segera menyambutnya dan bertanya, "Apa yang kau lakukan, wahai Amirul Mukminin?"
"Tidakkah kaulihat aku sedang menyeret sapi?" jawab Umar r.a.
Sebenarnya bukan jawaban itu yang diharapkan Utsman r.a. Sudah tentu ia mengetahui sahabatnya sedang menyeret sapi, tetapi mengapa ia melakukannya di siang terik? Bukanlah karakter sahabatnya jika mengkhawatirkan harta bendanya hingga seperti ini. Utsman r.a kembali bertanya, "Mengapa kau menggiring sapi itu di siang terik seperti ini? Begitu mendesakkah keadaanmu?"
Umar r.a kembali menjelaskan, "Ini adalah salah satu sapi sedekah kepunyaan anak-anak yatim yang tiba-tiba terlepas dari kandangnya dan lari ke jalanan. Aku langsung mengejarnya dan alhamdulillah dapat kutangkap!"
Utsman r.a tersentak mendengar jawaban sang Amirul Mukminin, "Tidakkah ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan itu? Bukankah kau seorang khalifah? Kau bisa menyuruh orang lain untuk melakukannya?" tanya Utsman r.a.
Umar r.a menggeleng dan berkata tegas, "Apakah orang itu bersedia menanggung dosaku di hari perhitungan kelak? Maukah ia memikul tanggung jawabku di hadapan Allah? Kekuasaan itu adalah amanah bukan kehormatan."
"Berisitirahatlah dulu di tempatku hingga panas meredup, lalu kau bisa melanjutkan perjalananmu," tawar Utsman r.a dengan hati bergetar setelah mendengar penjelasan sang Khalifah.
"Kembalilah ke tempatmu bernaung, sahabatku. Biarkan aku menyelesaikan kewajibanku." Umar r.a kembali menyeret sapinya sambil terseok-seok menempuh perjalanan di bawah terik matahari.
Utsman r.a. hanya bisa memandangi sahabatnya berlalu dari hadapannya dengan rasa haru mendalam. "Engkau adalah cerminan seorang pemimpin negara. Dan kau memberi contoh yang sulit diikuti oleh penerusmu," gumamnya.
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a mendapati Amirul Mukminin Umar bin Khaththab r.a berjalan terburu-buru di Medinah. Ia bertanya kepada Umar r.a, "Hendak ke mana, wahai Amirul Mukminin?"
Sambil terus berjalan, Umar r.a menjawab singkat, "Seekor unta sedekah kabur!"
"Tidak adakah orang lain yang bisa mencarinya selain dirimu?" tanya Ali r.a.
Kemudian Umar r.a menjawab, "Demi Allah yang mengutus Muhammad dengan kebenaran. Seandainya ada seekor kambing kabur ke sungai Efrat, Umar-lah yang akan dimintai pertanggungjawaban atasnya di akhirat kelak!"
Ali r.a. berkata, "Kau telah memberikan teladan yang melelahkan bagi penerusmu."
Pada riwayat yang lain dikisahkan pula bahwa di musim panas yang terik membakar tanah padang pasir dan mengembuskan angin kering, utusan dari Irak yang dipimpin oleh Ahnaf bin Qais r.a mendatangi Umar bin Khaththab r.a.
Mereka mendapati Amirul Mukminin tengah melepas sorban dan berbalut selendang untuk mengurus unta sedekah. Salah seorang dari utusan tersebut berkata, "Tidakkah sebaiknya engkau memerintahkan seorang hamba sahaya untuk mengurus unta sedekah sehingga engkau tidak perlu melakukan hal ini?"
Umar r.a menjawab dengan rendah hati, "Hamba mana yang lebih menghamba daripadaku? Barangsiapa yang memegang wewenang atas urusan kaum muslimin, ia bertanggung jawab atas mereka. la memiliki kewajiban atas mereka sebagaimana kewajiban seorang hamba kepada tuannya, yaitu memberi nasihat dan menyampaikan amanat!"
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
Maret
(66)
- Pengorbanan Seorang Nabiyullah
- Ketaatan Anak Saleh
- Sebuah Penantian yang Panjang
- Penjaga Malam
- Kehormatan Menunaikan Amanah
- Mewakafkan Kebun karena Lalai
- Mendahulukan Allah SWT
- Majikan Zubair r.a.
- Menjaga Kepercayaan Orang Lain
- Allah SWT sebagai Saksi
- Ketampanan Seorang Pemuda
- Membela Hak Orang Lain
- Membela Hak Makhluk Allah
- Hak Berbicara untuk Menuntut Hak Miliknya
- Jangan Memaksakan Kehendakmu, Amirul Mukminin!
- Suami Zainab r.a, Abul Ash bin Rabi' r.a
- Keteguhan Menjaga Rahasia
- Wanita yang Menolak Pinangan Rasulullah
- Bersabarlah Putriku
- Mencintai karena Allah
- Keturunan Bersahaja
- Penuhilah Hak Dirimu, Dia, dan Mereka
- Aku Hanya Ingin Berhias, Ayah
- Kesaksian Penduduk Mekah
- Kaum Muslimin yang Tertindas
- Larangan Ikut Perang karena Perjanjian
- Bagian untuk Muallaf
- Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah
- Amanah Bendaharawan Pribadi Rasulullah saw
- Mengembalikan Pajak Nonmuslim
- Melebihkan Pembayaran
- Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
- Khalifah yang Tetap Merakyat
- Kehati-hatian Menggunakan Uang Gaji
- Uang Tunjangan Umar bin Khaththab r.a
- Jangan Kamu yang Menimbang
- Khalifah Membantu Proses Persalinan
- Aku adalah Pelayanmu
- Milikku, Urusanku
- Lebih Baik Meminjam Darimu
- Teladan Pemimpin
- Mengambil Uang Baitul Mal Secara Paksa adalah Pera...
- Emas dan Perak adalah Api Neraka bagi Kami
- Memangkas Uang Gaji
- Segala Puji Hanya untuk Allah SWT
- Uang Panas Milik Negara
- Milik Negara untuk Kepentingan Negara
- Sa'ad bin Amir r.a, Pejabat Amanah
- Lembu Emas Anak yang Taat
- Abdurrahman bin Auf r.a, Sahabat Terpercaya
- Besar Zakat yang Kurang
- Abdullah bin Mas'ud, Seorang Anak Gembala yang Jujur
- Sehidup Semati
- Amanah untuk Ali r.a
- Tepat dalam Menunaikan Janji
- Mencuri Harta Rampasan
- Larangan Mengkhianati Amanah
- Mengungkap Pengkhianat
- Meminta Jabatan
- Nabi Yusuf a.s dan Jabatan
- Menolak Jabatan Hakim
- Panglima Perang Termuda
- Reputasi Seseorang Dilihat dari Teman Bergaulnya
- Ilmu adalah Amanah
- Tidak Ada Bagian untuk Kerabat
- Keteladanan Umair bin Sa'ad r.a.
-
▼
Maret
(66)
loading...