Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bercerita tentang seorang Nabi Allah, bernama Yusya bin Nun a.s, yang hendak berperang. la berseru kepada kaumnya, "Tidak boleh ikut bersamaku dalam peperangan ini seorang laki-laki yang telah berkumpul bersama istrinya dan dari itu dia berharap anak dan belum mendapatkannya. Begitu pula, orang yang sedang membangun rumah, tetapi belum menyelesaikan atapnya serta orang yang telah membeli kambing atau unta bunting yang dia tunggu kelahiran anaknya!"
Kemudian Nabi Yusya bin Nun a.s bersama pasukannya berangkat jihad.
Ketika sampai pada daerah yang dituju, waktu menunjukkan saat Ashar atau menjelang Ashar. Nabi Yusya bin Nun a.s. berkata kepada matahari, "Hai Matahari! Engkau tunduk kepada perintah Allah dan aku pun demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar tidak terbenam!"
Allah pun menahan matahari sehingga panas tidak begitu terik sampai Nabi Yusya bin Nun a.s. bersama pasukannya berhasil menaklukkan tempat tersebut. Setelah itu, bala tentaranya mengumpulkan harta rampasan yang diperoleh, (pada masa sebelum Rasulullah saw, harta rampasan tidak dihalalkan untuk pasukan nabi).
Kemudian api menyambar harta rampasan tersebut meskipun tidak membakarnya. Artinya, ada barang rampasan yang disembunyikan dan belum dikumpulkan. Nabi a.s berseru, "Di antara kalian ada yang berkhianat dan masih menyimpan sebagian dari harta rampasan. Aku harap semua orang dari setiap kabilah bersumpah kepadaku!"
Kemudian satu per satu dari mereka bersumpah sambil menjabat tangan Nabi Yusya bin Nun a.s Tiba-tiba tangan Nabi Yusya bin Nun a.s lengket pada tangan dua atau tiga orang pasukannya, "Kalian telah berkhianat!" serunya kepada mereka.
Lalu, mereka mengeluarkan emas sebesar kepala sapi dan dikumpulkan bersama harta rampasan yang lain. Setelah itu, datanglah api menyambar dan membakar seluruh harta rampasan tersebut.
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
Maret
(66)
- Pengorbanan Seorang Nabiyullah
- Ketaatan Anak Saleh
- Sebuah Penantian yang Panjang
- Penjaga Malam
- Kehormatan Menunaikan Amanah
- Mewakafkan Kebun karena Lalai
- Mendahulukan Allah SWT
- Majikan Zubair r.a.
- Menjaga Kepercayaan Orang Lain
- Allah SWT sebagai Saksi
- Ketampanan Seorang Pemuda
- Membela Hak Orang Lain
- Membela Hak Makhluk Allah
- Hak Berbicara untuk Menuntut Hak Miliknya
- Jangan Memaksakan Kehendakmu, Amirul Mukminin!
- Suami Zainab r.a, Abul Ash bin Rabi' r.a
- Keteguhan Menjaga Rahasia
- Wanita yang Menolak Pinangan Rasulullah
- Bersabarlah Putriku
- Mencintai karena Allah
- Keturunan Bersahaja
- Penuhilah Hak Dirimu, Dia, dan Mereka
- Aku Hanya Ingin Berhias, Ayah
- Kesaksian Penduduk Mekah
- Kaum Muslimin yang Tertindas
- Larangan Ikut Perang karena Perjanjian
- Bagian untuk Muallaf
- Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah
- Amanah Bendaharawan Pribadi Rasulullah saw
- Mengembalikan Pajak Nonmuslim
- Melebihkan Pembayaran
- Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
- Khalifah yang Tetap Merakyat
- Kehati-hatian Menggunakan Uang Gaji
- Uang Tunjangan Umar bin Khaththab r.a
- Jangan Kamu yang Menimbang
- Khalifah Membantu Proses Persalinan
- Aku adalah Pelayanmu
- Milikku, Urusanku
- Lebih Baik Meminjam Darimu
- Teladan Pemimpin
- Mengambil Uang Baitul Mal Secara Paksa adalah Pera...
- Emas dan Perak adalah Api Neraka bagi Kami
- Memangkas Uang Gaji
- Segala Puji Hanya untuk Allah SWT
- Uang Panas Milik Negara
- Milik Negara untuk Kepentingan Negara
- Sa'ad bin Amir r.a, Pejabat Amanah
- Lembu Emas Anak yang Taat
- Abdurrahman bin Auf r.a, Sahabat Terpercaya
- Besar Zakat yang Kurang
- Abdullah bin Mas'ud, Seorang Anak Gembala yang Jujur
- Sehidup Semati
- Amanah untuk Ali r.a
- Tepat dalam Menunaikan Janji
- Mencuri Harta Rampasan
- Larangan Mengkhianati Amanah
- Mengungkap Pengkhianat
- Meminta Jabatan
- Nabi Yusuf a.s dan Jabatan
- Menolak Jabatan Hakim
- Panglima Perang Termuda
- Reputasi Seseorang Dilihat dari Teman Bergaulnya
- Ilmu adalah Amanah
- Tidak Ada Bagian untuk Kerabat
- Keteladanan Umair bin Sa'ad r.a.
-
▼
Maret
(66)
loading...