Suatu hari Abu Jahal membeli beberapa ekor unta dari seorang laki-laki kabilah Khais'am. Ia berjanji akan membayarnya sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati. Namun, ketika batas waktu pembayaran berakhir, Abu Jahal tidak juga membayar utang-utangnya.
Sang pedagang tidak kehabisan akal. Ia pergi ke Masjidil Haram untuk menemui petinggi-petinggi Quraisy di sana. Harapannya hanya satu, ada seseorang di antara mereka yang bersedia membantunya untuk menagih utang kepada Abu Jahal. Ia yakin Abu Jahal akan mendengar nasihat dari para petinggi Quraisy tersebut.
Ketika ia melihat para petinggi Quraisy sedang duduk-duduk dan saling bercengkerama di depan Masjidil Haram, tanpa buang waktu ia segera mendekati mereka. Kemudian ia tumpahkan permasalahan yang dihadapinya dengan harapan para petinggi Quraisy tersebut bersedia membantunya.
Memang orang-orang Quraisy itu mendengarkan curahan hati sang pedagang dengan saksama, tetapi bukannya memikirkan cara membantu sang pedagang, mereka malah melihat situasi ini sebagai kesempatan emas untuk 'mengerjai' Rasulullah saw. Mereka bermaksud mempertemukan Abu Jahal dengan Rasulullah saw agar Abu Jahal leluasa mempermalukan beliau di depan semua orang.
Akhirnya, mereka mengusulkan ide kepada sang pedagang "Adukanlah permasalahan ini kepada Muhammad. Hanya dia yang bisa membuat Abu Jahal menunaikan kewajibannya", usul mereka sambil terkekeh-kekeh.
Tanpa pikir panjang, pedagang itu benar-benar menemui Rasulullah saw. Ia pun mengadukan permasalahannya, "Wahai hamba Allah, Abu Jahal berbuat sewenang-wenang kepadaku. la tidak mau membayar harga unta yang dibelinya. Padahal, aku orang asing yang sedang melakukan perjalanan jauh. Tadi aku meminta orang-orang di sana untuk membantuku. Dan mereka menyuruhku untuk datang kepadamu. Tolonglah aku kali ini! Semoga Tuhan merahmatimu!" pinta sang pedagang.
Rasulullah saw berdiri dan mengajak pedagang itu ke rumah Abu Jahal. Keberangkatan mereka menuju rumah Abu Jahal diketahui oleh orang-orang Quraisy di Masjidil Haram dan mereka berpikir bahwa strategi mereka akan berhasil. Mereka pun mengutus seseorang untuk mengikuti Rasulullah saw dan melaporkan segala sesuatu yang terjadi nanti.
Setibanya di kediaman Abu Jahal, Rasulullah saw. mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa itu?" tanya Abu Jahal dari dalam rumah ketika mendengar pintunya diketuk.
"Muhammad!" jawab Rasulullah, "keluarlah!" seru beliau kepada Abu Jahal.
Abu Jahal membuka pintu rumahnya dengan tergesa-gesa. Melihat Rasulullah saw telah berdiri di depan pintunya, tiba-tiba wajahnya berubah pucat pasi. Ia terlihat sangat ketakutan.
"Berikanlah hak orang ini kepadanya!" perintah Rasulullah dengan suara tegas.
Dengan gelagapan, Abu Jahal menjawab, "Ba.. baiklah. Akan kulunasi utangku sekarang!" Abu Jahal melesat masuk ke dalam rumah, lalu keluar dengan membawa uang sejumlah utangnya.
Urusan utang selesai. Rasulullah saw berkata kepada pedagang itu, "Gunakanlah hakmu sesukamu!" Kemudian beliau pergi.
Tentu saja hal ini sangat menggembirakan sang pedagang. Ia berlari menuju Masjidil Haram untuk berterima kasih atas saran yang diberikan para petinggi Ouraisy yang musyrik itu. Ia berkata kepada mereka, "Semoga Tuhan membalas Muhammad dengan kebaikan. Ia benar-benar telah menolongku mendapatkan hakku!"
Mendengar berita itu, para petinggi Quraisy merasa keheranan dan tidak percaya. Benarkah Abu Jahal telah membayar utangnya? Rasanya mustahil jika Abu Jahal menuruti kehendak kemenakannya tersebut. Namun, mereka masih berharap utusan yang mereka kirim membawa berita yang berbeda dari pedagang itu.
Tanpa menunggu lama, sang utusan datang. Ia melaporkan bahwa Abu Jahal langsung membayarkan utangnya ketika Muhammad memintanya. Rasa kaget dan gentar merayap ke dalam dada mereka. Tidak terbayang oleh mereka bahwa seorang Abu Jahal yang kuat kedudukannya serta sangat menentang Muhammad dengan mudahnya tunduk pada perintah beliau.
Ketika Abu Jahal datang dengan kepala tertunduk, mereka langsung menyerangnya dengan cemoohan, "Celakalah engkau! Demi Tuhan, kami tidak pernah melihat seseorang melakukan apa yang telah kaulakukan kepada Muhammad tadi!"
Abu Jahal membalas dengan makian, "Kalianlah yang celaka! Demi Tuhan, ketika kudengar ketukan dan mengetahui bahwa Muhammad yang datang, tiba-tiba saja aku merasa takut. Aku pun keluar. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri ada seekor unta yang sangat besar berdiri tepat di mukaku. Hewan itu membuka mulutnya yang sangat lebar sambil memamerkan gigi taringnya yang tajam-tajam seolah-olah hendak menerkamku. Demi Tuhan, jika aku menolak perintahnya, unta itu pasti sudah memangsaku!"
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
Maret
(66)
- Pengorbanan Seorang Nabiyullah
- Ketaatan Anak Saleh
- Sebuah Penantian yang Panjang
- Penjaga Malam
- Kehormatan Menunaikan Amanah
- Mewakafkan Kebun karena Lalai
- Mendahulukan Allah SWT
- Majikan Zubair r.a.
- Menjaga Kepercayaan Orang Lain
- Allah SWT sebagai Saksi
- Ketampanan Seorang Pemuda
- Membela Hak Orang Lain
- Membela Hak Makhluk Allah
- Hak Berbicara untuk Menuntut Hak Miliknya
- Jangan Memaksakan Kehendakmu, Amirul Mukminin!
- Suami Zainab r.a, Abul Ash bin Rabi' r.a
- Keteguhan Menjaga Rahasia
- Wanita yang Menolak Pinangan Rasulullah
- Bersabarlah Putriku
- Mencintai karena Allah
- Keturunan Bersahaja
- Penuhilah Hak Dirimu, Dia, dan Mereka
- Aku Hanya Ingin Berhias, Ayah
- Kesaksian Penduduk Mekah
- Kaum Muslimin yang Tertindas
- Larangan Ikut Perang karena Perjanjian
- Bagian untuk Muallaf
- Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah
- Amanah Bendaharawan Pribadi Rasulullah saw
- Mengembalikan Pajak Nonmuslim
- Melebihkan Pembayaran
- Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
- Khalifah yang Tetap Merakyat
- Kehati-hatian Menggunakan Uang Gaji
- Uang Tunjangan Umar bin Khaththab r.a
- Jangan Kamu yang Menimbang
- Khalifah Membantu Proses Persalinan
- Aku adalah Pelayanmu
- Milikku, Urusanku
- Lebih Baik Meminjam Darimu
- Teladan Pemimpin
- Mengambil Uang Baitul Mal Secara Paksa adalah Pera...
- Emas dan Perak adalah Api Neraka bagi Kami
- Memangkas Uang Gaji
- Segala Puji Hanya untuk Allah SWT
- Uang Panas Milik Negara
- Milik Negara untuk Kepentingan Negara
- Sa'ad bin Amir r.a, Pejabat Amanah
- Lembu Emas Anak yang Taat
- Abdurrahman bin Auf r.a, Sahabat Terpercaya
- Besar Zakat yang Kurang
- Abdullah bin Mas'ud, Seorang Anak Gembala yang Jujur
- Sehidup Semati
- Amanah untuk Ali r.a
- Tepat dalam Menunaikan Janji
- Mencuri Harta Rampasan
- Larangan Mengkhianati Amanah
- Mengungkap Pengkhianat
- Meminta Jabatan
- Nabi Yusuf a.s dan Jabatan
- Menolak Jabatan Hakim
- Panglima Perang Termuda
- Reputasi Seseorang Dilihat dari Teman Bergaulnya
- Ilmu adalah Amanah
- Tidak Ada Bagian untuk Kerabat
- Keteladanan Umair bin Sa'ad r.a.
-
▼
Maret
(66)
loading...