Wafatnya Rasululullah saw meninggalkan duka yang sangat dalam di hati para sahabat. Meskipun demikian, bukan berarti perjuangan berhenti begitu saja. Tampuk kepemimpinan harus terus bergulir untuk menjaga dan mengurus umat, terutama dalam menyiarkan syariat Islam yang telah sempurna.
Masyarakat pun sepakat bahwa tampuk pimpinan diberikan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Namun, baginya, jabatan sebagai khalifah bukanlah pekerjaan yang didamba-dambakan. Terdapat tanggung jawab yang besar kepada Allah SWT dan rakyatnya. Dirinya merasa belum layak menjadi pemimpin. Hal ini tergambar dalam pidatonya ketika menerima jabatan sebagai khalifah pertama.
"Hadirin sekalian, sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pemimpin atas kalian, bukan berarti aku yang terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, jika aku berbuat kebaikan, bantulah aku. Dan, jika aku bertindak keliru, luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan.
Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya, insya Allah. Sebaliknya, siapa yang kuat di antara kalian, dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya.
Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, kecuali Allah akan timpakan kepada mereka suatu kehinaan. Dan, tidaklah suatu kekejian terbesar di tengah suatu kaum, kecuali azab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut.
Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Namun, jika aku tidak mematuhi keduanya, tiada kewajiban atas kalian taat terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat! Semoga Allah merahmati kalian!"
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
Maret
(66)
- Pengorbanan Seorang Nabiyullah
- Ketaatan Anak Saleh
- Sebuah Penantian yang Panjang
- Penjaga Malam
- Kehormatan Menunaikan Amanah
- Mewakafkan Kebun karena Lalai
- Mendahulukan Allah SWT
- Majikan Zubair r.a.
- Menjaga Kepercayaan Orang Lain
- Allah SWT sebagai Saksi
- Ketampanan Seorang Pemuda
- Membela Hak Orang Lain
- Membela Hak Makhluk Allah
- Hak Berbicara untuk Menuntut Hak Miliknya
- Jangan Memaksakan Kehendakmu, Amirul Mukminin!
- Suami Zainab r.a, Abul Ash bin Rabi' r.a
- Keteguhan Menjaga Rahasia
- Wanita yang Menolak Pinangan Rasulullah
- Bersabarlah Putriku
- Mencintai karena Allah
- Keturunan Bersahaja
- Penuhilah Hak Dirimu, Dia, dan Mereka
- Aku Hanya Ingin Berhias, Ayah
- Kesaksian Penduduk Mekah
- Kaum Muslimin yang Tertindas
- Larangan Ikut Perang karena Perjanjian
- Bagian untuk Muallaf
- Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah
- Amanah Bendaharawan Pribadi Rasulullah saw
- Mengembalikan Pajak Nonmuslim
- Melebihkan Pembayaran
- Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
- Khalifah yang Tetap Merakyat
- Kehati-hatian Menggunakan Uang Gaji
- Uang Tunjangan Umar bin Khaththab r.a
- Jangan Kamu yang Menimbang
- Khalifah Membantu Proses Persalinan
- Aku adalah Pelayanmu
- Milikku, Urusanku
- Lebih Baik Meminjam Darimu
- Teladan Pemimpin
- Mengambil Uang Baitul Mal Secara Paksa adalah Pera...
- Emas dan Perak adalah Api Neraka bagi Kami
- Memangkas Uang Gaji
- Segala Puji Hanya untuk Allah SWT
- Uang Panas Milik Negara
- Milik Negara untuk Kepentingan Negara
- Sa'ad bin Amir r.a, Pejabat Amanah
- Lembu Emas Anak yang Taat
- Abdurrahman bin Auf r.a, Sahabat Terpercaya
- Besar Zakat yang Kurang
- Abdullah bin Mas'ud, Seorang Anak Gembala yang Jujur
- Sehidup Semati
- Amanah untuk Ali r.a
- Tepat dalam Menunaikan Janji
- Mencuri Harta Rampasan
- Larangan Mengkhianati Amanah
- Mengungkap Pengkhianat
- Meminta Jabatan
- Nabi Yusuf a.s dan Jabatan
- Menolak Jabatan Hakim
- Panglima Perang Termuda
- Reputasi Seseorang Dilihat dari Teman Bergaulnya
- Ilmu adalah Amanah
- Tidak Ada Bagian untuk Kerabat
- Keteladanan Umair bin Sa'ad r.a.
-
▼
Maret
(66)
loading...