Cerita Inspirasi Muslim

Menanam Hikmah Dalam Diri Setiap Muslim

Mengecoh Abu Lahab

Rasulullah saw dakwah pertama kali secara terang-terangan di Bukit Shafa, sedangkan Abu Lahab adalah orang yang pertama kali menentang kehadiran Islam dengan keras. Namun, sikapnya melunak sepeninggal Abu Thalib.

Sebagai putra pertama Abdul Muthalib, ia harus menjaga kehormatan Bani Hasyim dan Bani Muthalib untuk menjaga status sosialnya di masyarakat. Ia juga mengincar posisi pemimpin Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang dulu dipegang oleh Abu Thalib.

Caranya adalah mencuri simpati orang-orang berpengaruh di kedua kabilah tersebut dengan menjadi pelindung Muhammad, sebagaimana yang Abu Thalib lakukan dulu.

Abu Lahab mendatangi Muhammad dan berkata, "Hai Muhammad, Teruskanlah dakwahmu. Apa pun yang kau-lakukan semasa Abu Thalib masih hidup, bisa kaulakukan sekarang. Demi Latta, tidak ada seorang pun yang bisa menyakitimu selama aku masih hidup."

Abu Lahab tidak pernah mengingkari janjinya itu. Ketika Ibnu Ghaythalah, seorang kafir Quraisy, mencaci maki Rasulullahsaw, Abu Lahab benar-benar menunjukkan kemarahannya. Ibnu Ghaythalah pun lari terbirit-birit karena ketakutan sambil berteriak, "Wahai orang-orang Ouraisy! Abu Lahab telah keluar dari agama kita!"

Mendengar hal itu, kaum Quraisy sangat terkejut. Bukankah Abu Lahab orang yang mereka andalkan untuk memecah belah persatuan Bani Hasyim dan Bani Muthalib? Mengingat bahwa Abu Lahab memang mudah dijebak dan diperdaya, mereka khawatir Muhammad telah berhasil memperdayanya.

Kekhawatiran mereka segera dijawab Abu Lahab, "Aku tidak pernah meninggalkan agama Abdul Muthalib. Hanya saja aku ingin melindungi keponakanku agar ia bisa melakukan apa pun yang ia mau."

Mendengar jawaban Abu Lahab, legalah perasaan mereka karena Abu Lahab masih setia dengan agama nenek moyangnya. Mereka menanggapi positif keputusan Abu Lahab, "Engkau telah berbuat baik dan menyambungkan tali silaturrahim."

Sejak saat itu, kaum musyrikin Quraisy tidak pernah mendekati Muhammad agar tidak menyinggung perasaan Abu Lahab. Rasulullah saw bebas berdakwah kapan pun dan di mana pun tanpa ada yang menghalangi.

Kaum musyrikin Quraisy melihat gejala yang tidak baik jika Muhammad dibiarkan bebas menyiarkan Islam. Mereka berkumpul untuk mengatur siasat. Akhirnya, mereka menemukan cara jitu untuk menghasut Abu Lahab. Strategi ini dilakukan oleh Uqbah bin Mu'ith dan Abu Jahal bin Hisyam.

Mereka berkata kepada Abu Lahab, "Muhammad mengatakan bahwa ada kehidupan lain di hari akhirat ketika semua orang menerima balasan dari apa yang telah mereka perbuat di dunia ini. Orang yang beriman akan mendapatkan surga dan orang yang ingkar akan masuk neraka jahanam. Apakah ia memberitahumu di mana tempat Abdul Muthalib? Di surga atau neraka?"

Pertanyaan itu mengganggu pikiran Abu Lahab. Ia segera mendatangi Rasulullah saw untuk menanyakan perihal tersebut. Rasulullah menjawab, "Abdul Muthalib bersama kaumnya."

Jawaban itu menenangkan Abu Lahab. Ia pun menceritakan jawaban Muhammad kepada Abu Jahal dan Uqbah. Mereka tertawa mengejek Abu Lahab, "Benar, Abdul Muthalib memang bersama kaumnya, tetapi di neraka! Mengapa tidak kau tanyakan hal itu kepada Muhammad?"

Abu Lahab sangat marah mendengar hal itu. Ia segera mendatangi Muhammad sekali lagi dan bertanya, "Wahai Muhammad. Apakah Abdul Muthalib masuk neraka?"

Tentu saja Rasulullah saw tidak dapat mengelak dari pertanyaan itu. Beliau harus menjawab dengan jujur meskipun harus kehilangan perlindungan dari Abu Lahab. Beliau pun bersabda, "Ya, siapa pun yang mati dengan memeluk agama Abdul Muthalib akan masuk neraka."

Setelah mengetahui jawaban itu, Abu Lahab kian murka. Ia marah karena ayahnya termasuk ahli neraka dalam pandangan Islam. Dengan kasar ia berkata kepada Muhammad, "Demi Tuhan! Aku akan memusuhimu selama Abdul Muthalib dinyatakan masuk neraka!"

Kaum Quraisy bersorak gembira mengetahui Abu Lahab kembali menjadi penentang Rasulullah. Ejekan dan cercaan terhadap kaum muslimin makin gencar terhadap Rasulullah. Akhirnya, kaum muslimin Mekah bersama Rasulullah berangsur-angsur hijrah ke Thaif.
loading...
loading...