Abdul Qadir Al-Jaelani yang memiliki nama lengkap Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Al-Hasani Al-Husaini adalah seorang ulama besar yang sederhana dan rendah hati. Ia dikenal sebagai pendiri Tarekat Qadariyah. Namanya juga dikenal dalam lingkungan tasawuf.
Sebuah kisah menggambarkan tentang dirinya. Kala itu ia hendak berangkat dari kota Mekah menuju Baghdad untuk menuntut ilmu. Ibunya memberinya perbekalan uang sejumlah empat puluh dinar dan berpesan agar selama perjalanan tidak berkata bohong.
Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh gerombolan perampok, tepatnya di daerah Hamadah. Mereka merampas harta dan perbekalan kafilah yang kebetulan lewat jalan itu juga. Salah seorang perampok yang beringas menghampiri Abdul Qadir dan menodongnya, "Apa yang kaubawa?!"
Tanpa berbohong, sesuai amanah sang ibu, ia menjawab, "Empat puluh dinar."
Digeledahlah pakaian dan tas bawaan Abdul Qadir. Karena tidak menemukannya, perampok itu menghardiknya, "Di mana kau letakkan uang itu?!"
Abdul Qadir pun menjawabnya dengan jujur, "Di kantong sebelah sini," tunjuknya.
Benar juga, perampok itu menemukan uang yang dibawa Abdul Qadir ditempat yang ia katakan. Jumlahnya pun tepat empat puluh dinar. Sebenarnya ada rasa heran dalam diri perampok tersebut, baru kali ini ia menemukan korban yang dengan senang hati memberikan hartanya kepada perampok.
Keheranannya itu ia laporkan kepada pimpinannya. Setelah menerima informasi mengejutkan dari anak buahnya, pimpinan perampok itu bertanya kepada Abdul Qadir, "Apa yang mendorongmu untuk berkata jujur kepada kami?"
Abdul Qadir menjawab, "Sebelum berangkat, ibu saya berpesan agar tidak berbohong dalam kondisi apa pun. Saya hanya melaksanakan pesannya."
Pimpinan perampok terhenyak mendengar penjelasan dari korbannya. Lalu, ia berkata, "Engkau takut melanggar pesan ibumu, sedangkan kami tidak takut melanggar perintah Allah. Betapa zalimnya kami!"
Mereka pun menyesali perbuatannya dan bertobat.
loading...
Blog Archive
-
▼
2010
(195)
-
▼
April
(48)
- Para Musuh Allah yang akan Tewas di Perang Badar
- Kematian Tragis Majikan Zalim
- Kisah Umair bin Wahab
- Pengakuan Abu Jahal
- Pengakuan Utbah bin Rabi'ah
- Pengakuan Abu Sufyan bin Harb kepada Sang Istri
- Pengakuan Raja Heraclius
- Kesaksian Nadhr bin Harits
- Pengakuan Ubay bin Khallaf
- Dipercaya Menjadi Pemimpin Kafilah Dagang
- Kisah Abdullah bin Rawahah
- Kisah Watshilah bin Asqa'
- Kisah Penjual Susu
- Kisah Penjaga Kebun Buah-buahan
- Kisah Penggembala Domba
- Kisah Saudagar Perhiasan
- Kisah Pencuri Saleh
- Kejujuran Seorang Khalifah
- Menawar agar Lebih Mahal
- Maha Melihat
- Barang Cacat yang Terjual
- Gelar Ash-Shiddiq untuk Abu Bakar r.a.
- Umar bin Khaththab Al-Faruq r.a
- Dipercaya karena Jujur
- Preman Masuk Islam
- Keistimewaan Ja'far Ath-Thayyar
- Bukti Kejujuran
- Islamnya Keluarga Yasir
- Islamnya Orang Yahudi
- Firasat Orang Shiddiq
- Tidak Takut Dikatakan Bodoh
- Kisah Tsabit bin Ibrahim
- Hadiah Kejujuran
- Ulah Burung Beo
- Bebas dari Hukuman Berkat Orang Tua Jujur
- Mengalahkan Perampok dengan Kejujuran
- Kisah Seguci Emas
- Kejujuran Bilal bin Rabah r.a.
- Kesaksian Iblis
- Siasat Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Menyelamatkan Seorang Mukmin dari Kejaran Musuh
- Pengintaian Pasukan Musuh
- Mengecoh Abu Lahab
- Janji Adalah Utang
- Asma' Putri Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Pengangkatan Putra Mahkota
- Berbohong karena Terpaksa
- Kisah Nabi Ibrahim s.a dan Siti Sarah
-
▼
April
(48)
loading...